Zia 3

Zia 2

Zia 1

Isteri curang

Dimain memek malu

Wawa Cewek Hot

Saling jilat

Alia

Toge Dik Annisa

Amoy gstring di hotel

Gadis berkacamata

Gadis binal alexis

Gadis belia.

Amoy lg asik

Asti menikmati ml .WMV

Arifah cewek garang

Tolong Puaskan Ibu Wenny

Download Video Kisah Terbaru :

Bulan Juni 2004 kemarin, saya diundang untuk mengikuti pertemuan rutin tahunan dari satu group eksklusif yang anggota adalah orang-orang berperilaku seks menyimpang. Anggotanya berjumlah sekitar 250 orang dari beberapa kota besar. Namun yang hadir saat itu hanya sekitar 125 orang saja. Ada banyak hal yang saya dapat dan saya bisa pelajari dari hasil pertemuan itu. Bahkan ada beberapa kasus penyimpangan yang belum saya ketahui sama sekali sebelumnya.

Sangat banyak email saya terima yang berisi hujatan dan cercaan serta ketidakpercayaan akan cerita-cerita tentang penyimpangan seks. Saya hanya bisa menjawab bahwa walaupun kita yang merasa bermoral dan berahlak sangat baik sering menghina dan mencerca mereka yang hidup menyimpang dari kewajaran, tapi kita harus jujur mengakui bahwa ternyata sangat banyak tidak terhitung kasus ini terjadi di antara kita.

Bahkan di lingkungan keluarga kita sendiri. Siapa yang harus disalahkan? Moral? Ahlak? Atau kita sendiri yang harus disalahkan karena terlalu kejam menghujat mereka yang menyimpang sehingga mereka semakin tertutup dan semakin terpuruk di dalam komunitas minor mereka tanpa ada masukan pencerahan dari kita? Berikut akan saya kisahkan cerita nyata dari salah satu anggota group tersebut yang sepertinya mulai merasa tersiksa dengan kondisinya sekarang, tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena batinnya tidak bisa lepas dari kebutuhannya.. Saya samarkan nama-nama dalam cerita ini.

*****

Beberapa tahun yang lalu, Jaka, saat itu 29 tahun, adalah satu eksekutif muda di suatu perusahaan ternama di Jakarta. Istrinya, Dewi, saat itu 24 tahun, adalah ibu rumah tangga yang aktif di beberapa kegiatan organisasi. Mereka dikaruniai 1 orang anak. Siang itu di ruangan kerja Jaka, Wenny, sekretaris Jaka sedang menghadap Jaka untuk menyerahkan beberapa berkas laporan.

"Semua berkas sudah aku serahkan. Ada perlu apa lagi Pak?" tanya Wenny sambil tersenyum manja.
"Ada.." kata Jaka.
"Apa?" tanya Wenny lagi sambil tetap tersenyum.
"Nanti jam istirahat kita makan dimana?" tanya Jaka sambil tersenyum.
"Ih, dasar.. Mau lagi ya?" tanya Wenny sambil tetap tersenyum.
"Kan baru kemarin aku kasih.." kata Wenny lagi.
"Kamu menggairahkan sih.." kata jaka sambil meremas pantat Wenny.
"Ya sudah nanti siang kita ke tempat biasa saja, ya?" tanya Jaka. Wenny mengangguk.
"Suami kamu belum pulang, ya?" tanya Jaka.
"Belum. Dia masih di Semarang. Wah kalau dia ada disini, mana bisa kita berduaan. Dia pasti ajak aku makan siang bersama," kata Wenny.
"Ya sudah kalau begitu. Bereskan semua kerjaan kamu.." kata jaka.

Wenny lalu meninggalkan ruangan tersebut. Tengah harinya Jaka dan Wenny terlihat meluncur ke sebuah hotel. Setelah check-in, mereka segera masuk ke kamar.

"Aku selalu merindukan kamu," kata Jaka sambil memeluk pinggang Wenny lalu mencium bibirnya.

Wenny membalasnya dengan panas. Lidah Wenny bermain liar di dalam mulut Jaka, sementara tangannya meremas selangkangan Jaka yang sudah terlihat menggembung.

"Ohh.. Kamu sangat pintar dan memuaskan.. Mmhh," bisik Jaka sambil meremas pantat Wenny.
"Cepat buka bajunya.." kata Wenny kepada Jaka sementara dia sendiri mulai melucuti semua pakaiannya.

Setelah keduanya telanjang, tangan Wenny menarik tangan Jaka ke ranjang lalu mendorongnya agar telentang. Dijilatinya puting susu Jaka lalu turun ke perut, sementara tangannya meremas dan mengocok kontol Jaka yang sudah tegang.

"Ohh sayang.." desah Jaka sambil terpejam.
"Ohh.. Mmhh.." desah Jaka makin keras terdengar ketika kontolnya terasa hangat dan nikmat berada dalam kuluman mulut Wenny.
"Terus, Wen.. Teruss.." bisik Jaka sambil terpejam dan menggoyangkan pinggulnya.

Setelah beberapa lama, Wenny menghentikan hisapannya pada kontol Jaka. Dia bangkit lalu naik dan mencium bibir Jaka. Kemudian dalam posisi mengangkangi wajah Jaka, Wenny mendekatkan memeknya ke mulut jaka.

"Jilati, sayang.." bisik Wenny. Lidah Jaka tak lama kemudian sudah bermain di belahan memek Wenny.
"Oww.." desah Wenny sambil terpejam sambil menggoyangkan pinggulnya.
"Oh sayangg.. Ohh.." desah Wenny keras ketika kelentitnya dijilat lidah Jaka.
"Terus sayang.. Terusshh.." desah Wenny sambil mendesakkan memeknya ke mulut jaka.

Lalu digoyang pinggulnya lebih cepat sambi Jaka agak gelagapan tak bisa bernafas.

"Ohh.. Ohh.. Ohh.." jerit Wenny ketika terasa ada yang menyembur di dalam memeknya.
"Nikmat sekali sayang.." kata Wenny tersenyum sambil menurunkan badannya dan berbaring di samping Jaka.

Jaka yang sudah bernafsu, langsung bangkit lalu membuka kaki Wenny lebar sehingga memeknya tampak terbuka. Diarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny. Dengan sekali tekanan, bless.. Kontol Jaka sudah masuk ke dalamnya. Wenny terpejam menikmati nikmatnya rasa yang ada ketika kontol jaka dengan perkasa keluar masuk di dalam memeknya.

"Ohh.. Fuck me!" desah Wenny sambil menatap mata Jaka.
"Aku selalu bergairah kalau melihat kamu di kantor.." kata Jaka di sela-sela persetubuhan itu.
"Kenapa?" tanya Wenny sambil tersenyum.
"Karena kamu sangat sexy.." kata jaka lagi sambil terus memonpa kontolnya.
"Aku pengen ganti posisi.." kata Wenny.

Jaka menghentikan gerakan dan mencabut kontolnya dari memek Wenny. Wenny kemudian bangkit lalu nungging.

"Cepat masukkan, sayang.." kata Wenny.

Jaka mengarahkan kontolnya ke lubang memek Wenny yang jelas terbuka. Lalu, blep.. blep.. blep.. Kontol jaka kembali keluar masuk memek Wenny.

"Ohh.." desah wenny sambil memejamkan matanya.

Setelah beberapa lama, Jaka makin cepat mengeluar masukkan kontolnya ke memek Wenny. Kemudian Jaka mendesakkan kontolnya dalam-dalam sampai amblas semua ke dalam memek Wenny. Crott! Crott! Crott! Air mani Jaka muncrat di dalam memek Wenny banyak.

"Ohh.. Enak sekali sayang.." kata Jaka sambil mencabut kontolnya.
"Hisap, sayang.." kata Jaka.

Wenny lalu bangkit kemudian tanpa ragu kontol Jaka dijilat membersihkan sisa air mani di batangnya. Kemudian mulutnya langsung mengulum dan menghisap kontol Jaka.

"Sudah sayang.." kata Jaka, lalu mencium bibir Wenny mesra.

Setelah berpakaian dan merapikan diri, mereka segera pergi untuk makan siang dan melanjutkan pekerjaan di kantor. Sore harinya, Jaka pulang ke rumah. Dewi dan anaknya menyambut gembira kepulangan Jaka. Setelah mandi, Jaka duduk dengan Dewi di ruang keluarga sambil memangku anaknya.

"Mau makan, tidak?" tanya Dewi.
"Nanti sajalah.. Aku masih kenyang," sahut Jaka.
"Nanti hari Minggu kita ajak anak kita berenang ya?" ajak Dewi.
"Boleh.." jawab Jaka pendek sambil membuka-buka koran.

Malam harinya, di tempat tidur, Dewi yang sedang naik birahi, sedang memeluk tubuh Jaka yang sedang memejamkan matanya.

"Ayo, dong.." bisik Dewi.
"Apa sih?" kata Jaka sambil tetap memejamkan matanya.
"Aku pengen.." kata Dewi memohon.
"Aku capek seharian kerja, sayang.. Besok lagi ya.." kata jaka sambil mengecup bibir Dewi lalu kembali memejamkan matanya.

Dewi yang merasa kecewa hanya diam. Hari Minggu, sesuai dengan rencana, Jaka dan Dewi pergi ke kolam renang untuk mengantar anaknya. Disana sudah banyak yang berenang. Tua muda, laki perempuan. Setelah Dewi berganti pakaian renang dengan anaknya, mereka langsung masuk kolam. Jaka hanya duduk di pingir kolam melihat istri dan anaknya.

"Tidak ikut berenang, Mas.." tanya seorang pria mengagetkan Jaka.
"Eh, tidak.. Males," kata Jaka sambil melirik ke orang tersebut.
"Kenalkan, saya Edi.." kata pria itu.
"Jaka," kata Jaka sambil bersalaman.

Jaka menatap Edi. Sangat ganteng dan tubuh Edi sangat bagus seperti orang yang sering fitness. Juga terlihat celana renang mininya sangat menggembung bagian depannya pertanda dia punya kontol yang besar.

"Boleh saya duduk disini?" kata Edi.
"Oh, boleh.. Boleh.." kata Jaka.

Edi duduk berhadapan dengan Jaka. Jarak mereka cukup dekat. Mereka bicara ngalor ngidul tentang keluarga, pekerjaan dan lain-lain. Pada mulanya Jaka biasa saja, tapi entah kenapa lama-kelamaan Jaka sangat suka pada wajah ganteng Edi. Ditatapnya lekuk wajah Edi yang sempurna. Ada perasaan berdesir di hatinya. Apalagi ketika melihat Edi tersenyum, jaka merasa sangat ingin mengecup bibirnya. Jaka akhirnya menjadi salah tingkah.

"Kenapa, Mas?" tanya Edi sambil tersenyum.

Dengan sengaja tangannya menggenggam tangan Jaka. Jaka berdesir darahnya. Entah kenapa ada perasaan senang ketika tangannya digenggam.

"Tidak apa-apa.." kata Jaka sambil menatap Edi.

Mereka saling bertatapan selama beberapa saat. Hati Jaka benar-benar tak menentu ketika saling bertatapan sambil digenggam tangannya.

"Kita bicara di tempat yang lebih nyaman saja, Mas.." kata Edi.

Jaka diam sambil melirik anak istrinya yang sedang berenang. Jaka bangkit lalu menghampiri mereka di tepi kolam.

"Aku keluar sebentar dengan dia ya, sayang? Ada sedikit bisnis.." kata jaka sambil menunjuk Edi.

Edi tersenyum dan mengangguk ke Dewi ketika Dewi meliriknya. Dewipun tersenyum.

"Jangan lam-lama ya.." kata Dewi.
"Iya," kata Jaka sambil bangkit lalu menghampiri Edi.
"Kemana kita?" tanya Jaka.
"Kita bicara di tempat parkir saja biar tenang.." kata Edi sambil melangkah diikuti Jaka.

Jaka terus menatap tubuh dan bokong Edi dari belakang. Darahnya semakin berdesir. Setelah Edi berganti pakaian, mereka lalu menuju tempat parkir.

"Di dalam mobil saya saja kita bicara," kata Edi sambil membuka pintu mobil berkaca gelap.
"Lebih tenang dan nyaman," kata Edi lagi.

Merekapun segera masuk.

"Saya suka kepada Mas.. Mas cakep," kata Edi sambil mengenggam tangan Jaka.

Jaka terdiam sambil menatap Edi. Hatinya berdebar disertai dengan munculnya satu gairah aneh ketika menatap Edi. Edi tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jaka. Tak lama bibirnya mengecup bibir Jaka. Jaka terdiam, tapi perasaannya sangat senang. Lalu tak lama Jaka membalas kecupan bibir Edi. Ciuman mereka makin lama makin liar disertai permainan lidah..

"Buka celananya, Mas.. Waktu kita tidak banyak, anak istri Mas menunggu," kata Edi sambil dia sendiri melepas celana pendek dan celana dalamnya.

Tampak kontolnya sudah tegak. Jaka agak ragu untuk melepas celananya. Edi tersenyum lalu tangannya segera membuka sabuk dan resleting celana Jaka. Kemudia diperosotkannya celana Jaka sampai lepas. Celana dalam Jaka tampak menggembung. Edi lalu melepas celana dalam Jaka.

"Kontol Mas sangat besar," kata Edi sambil meremas kontol Jaka.

Jaka terdiam sambil merasakan suatu sensasi kenikmatan ketika kontolnya dikocok oleh sesama lelaki. Apalagi ketika mulut Edi telah mengulum kontolnya. Jaka terpejam sambil meremas rambut Edi.

"Ohh.." desah Jaka. Edi terus menjilat, menghisap, dan mengocok kontol Jaka.
"Gantian, Mas.." kata Edi.

Sambil menempatkan diri di kursi. Dengan agak ragu, karena pertama kali, Jaka menggenggam kontol Edi yang tegang berdenyut. Matanya terus menatap kontol yang digenggamnya.

"Kocok, Mas.." bisik Edi.

Jaka secara perlahan mengocok kontol Edi. Edi terpejam menikmatinya. Lama kelamaan Jaka makin asyik menikmati permainan tersebut. Dengan gairah yang makin lama makin tinggi, tangannya terus mengocok kontol Edi. Lalu tanpa ragu lidahnya mulai menjilati kepala kontol Edi. Ada cairan bening asin dan gurih terasa. Jaka terus melumat kontol Edi dan menghisapnya sambil sesekali mengocoknya.

"Ohh.. Nikmatthh.." desis Edi sambil meremas rambut Jaka.

Tak lama tubuh Edi mengejang. Didesakan kepala Jaka hingga kontolnya hampir masuk semua ke mulut Jaka. Lalu, crott! crott! Air mani Edi muncrat di dalam mulut Jaka. Jaka langung melepaskan kulumannya. Perutnya terasa mual ketika air mani Edi muncrat di dalam mulutnya. Banyak air mani di dalam mulut Jaka yang akan diludahkan.

"Jangan diludahkan!" kata Edi sambil dengan cepat melumat bibir Jaka.

Dihisapnya semua air mani di mulut Jaka sampai habis lalu ditelan. Lalu dilumatnya lagi bibir Jaka. Mereka berciuman liar sambil saling kocok kontol. Tak lama kemudian Edi naik ke pangkuan Jaka. Diarahkan lubang anusnya ke kontol Jaka. Setelah masuk. Secara perlahan tubuh Edi naik turun sambil matanya terpejam menikmati nikmatnya kontol jaka di anusnya. Sementara Jaka juga terpejam sambil menggerakan kontolnya keluar masuk anus Edi.

"Ohh.. Sshh.." desis Jaka merasakan nikmatnya kontol keluar masuk anus Edi.
"Enak, Mas?" bisk Edi.

Jaka tak menjawab. Hanya pejaman mata dan desahan kenikmatan saja yang keluar dari mulutnya.

"Aku mau keluarrhh.." bisik Jaka. Gerakannya makin cepat.
"Keluarkan.. Puaskan.." bisik Edi.

Jaka memegang pinggang Edi lalu didesakan ke kontolnya hingga kontol Jaka masuk semua ke anus Edi. Croott! Croott! Croott! Air mani Jaka muncrat di dalam anus Edi.

"Ohh.. Nikmat sekali.." kata Jaka lemas sambil memeluk tubuh Edi.

Edi bangkit lalu mulutnya segera menjilat dan menghisap kontol Jaka yang berlumuran air mani sampai habis. Setelah itu mereka berciuman..

"Kapan kita bisa bertemu lagi," kata Edi sambil berpakaian.
"Kapanpun kamu mau," kata Jaka sambil berpakaian pula lalu menyerahkan kartu namanya kepada Edi.

Setelah berciuman mesra sebentar, Edi segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Jaka segera kembali menemui keluarganya di kolam renang.

"Bisnis apa sih?" tanya Dewi.
"Lumayanlah sebagai sampingan, siapa tahu berhasil," kata Jaka.

Dewi diam karena dipikirnya jaka benar-benar berbisnis dengan Edi. Begitulah, sejak saat itu Jaka telah benar-benar menjadi petualang seks yang hampir melupakan keluarganya. Telah sangat banyak wanita yang dikencaninya, juga sangat banyak laki-laki yang dipacarinya. Tapi tetap Jaka menjadikan Edi sebagai kekasih utamanya. Memang secara materi, Jaka selalu memberikan apapun dan berapapun yang Dewi butuhkan. Tapi tidak secara batiniah.. Dewi sebetulnya sudah mulai merasa jenuh dan tersiksa akan kehampaan batinnya.

Sampai suatu ketika.. Hari Minggu itu Jaka pamit kepada Dewi untuk bertemu Edi di suatu tempat demi kepentingan bisnis. Sebenarnya Jaka menemui Edi di suatu motel untuk berkencan. Setelah check-in, mereka segera masuk kamar.

"Lama amat sih, Mas," kata Edi sambil memeluk Jaka lalu melumat bibirya.

Jaka tidak menjawab, hanya balasan lumatan bibirnya saja yang menandakan kalau Jaka bergairah. Sambil tetap berciuman, tangan Edi dengan cepat membuka semua kancing baju dan resleting celana Jaka.

"Buka bajunya, Mas.." kata Edi tak sabar.

Jaka lalu melepas semua pakaiannya sambul tersenyum. Setelah Jaka telanjang, Edi langsung jongkok lalu mengulum kontol Jaka dengan bernafsu.. Begitulah, mereka memacu birahi saat itu tanpa menyadari ada seorang wanita dan anak kecil yang duduk menunggu di depan kamar mereka.

Dialah Dewi.. Sebetulnya Dewi sudah lama mendengar selentingan tentang kelakuan Jaka. Tapi Dewi tetap bertahan karena rasa cintanya kepada Jaka masih besar kala itu, juga karena tidak ada bukti. Setelah selesai melampiaskan nafsu birahi mereka, Jaka dan Edi berciuman lalu segera berpakaian. Sambil berpegangan tangan dan tersenyum penuh arti, mereka membuka pintu kamar untuk pulang. Ketika pintu terbuka.. Jaka terkesiap darahnya tanpa bisa bicara sepatah katapun. Matanya nanar menatap Dewi dan anaknya.

"Aku sudah lama mendengar kelakuan kamu dari teman-teman kamu.." kata Dewi dengan nada datar bergetar menahan amarah.
"Kalau kamu berhubungan hanya dengan perempuan, aku masih bisa memaafkan kamu.." kata Dewi dengan suara mulai terbata-bata.
"Tapi tidak dengan kelakuan menjijikan ini!" suara Dewi mulai meninggi sambil berderai air mata.
"Aku minta cerai!!" bentak Dewi.
"Sekarang juga aku mau pulang ke rumah orang tua.. Jangan temui aku dan anakmu lagi!" bentak Dewi lagi.
"Aku akan kirim gugatan cerai untuk kamu tanda tangani lewat pengacara.." kata Dewi lagi sambil segera menarik tangan anaknya dan berlari ke jalan untuk memanggil taksi.

Jaka dan Edi hanya diam mematung..

*****

Menurut penuturan Jaka, tak lama kemudian mereka resmi bercerai. Sampai detik ini rasa rindu Jaka kepada Dewi, dan
terutama rindu kepada anaknya sangatlah besar dan sangat menyiksa batinnya. Jaka sangat ingin untuk bisa kembali bersama mereka.

Pernah beberapa kali Jaka mencoba untuk mengubah kebiasaan yang selama ini dijalaninya, tapi tidak membuahkan hasil. Sudah beberapa psikiater dan pemuka agama yang dimintai pertolongannya, tapi tetap nihil. Keinginan dan hasratnya untuk bercinta dengan wanita dan juga lelaki sangatlah tidak bisa dibendung.. Batinnya sudah tersiksa oleh rasa rindu akan keluarga dan keinginan untuk berubah, tapi raganya tidak bisa membendung gairahnya..

Semua nasihat yang sangat mudah diucapkan oleh orang yang dimintai tolong, ternyata sangat susah dilakukan..


E N D

Gairah Babysister Ku...


Malam telah larut dan jam telah menunjukan pukul 9 malam. Sedari siang tadi kakakku bersama suaminya menghadiri pertemuan sebuah Network Marketing dan diteruskan dengan pertemuan khusus para leaders. Untuk menghilangkan suntuk, aku connect ke internet dan berbagai macam situs aku buka, seperti biasa pasti terdapat banyak situs porno yang asal nyerobot. Biasanya aku langsung close karena aku enggak enak dengan kakakku, tetapi malam ini …
mereka tidak ada dirumah, hanya bersama dengan seorang baby siters keponakanku, namanya Imah baru berumur 18 Tahun dan berasal dari Wonosobo. Memang agak kolotan dan dusun sekali, tetapi kalau aku perhatikan lagi Imah memiliki body yang lumayan bagus dengan wajah yang tidak terlalu jelek. Kami biasa mengobrolkan acara tivi atau terkadang Im-im (panggilan Imah sehari-hari) aku ajari internet meskipun hasilnya sangat buruk.
Entah kenapa malam ini keinginanku untuk melihat situs porno sangat besar dan libidoku naik saat aku lihat foto-foto telanjang di internet, tanpa aku sadari Im-im keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah sudah berapa lama dia berdiri disampingku ikut memperhatikan foto-foto telanjang yang ada di monitor komputer.
“Apa enggak malu ya..?” tanya Im-im yang membuatku kaget dan segera aku ganti situsnya dengan yang “normal”.
Dengan berusaha tenang, aku minta Imah mengulangi pertanyaannya.
“Itu lho tadi, gambar cewek telanjang yang Mas buat, emangnya nggak malu kalau dilihat orang?”
Memang Imah sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian. Dengan santai aku jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.
“Begini Im, ini foto bukan aku yang buat, orang yang buat ini (sambil aku perlihatkan lagi situs yang memuat foto telanjang tadi), merekakan model yang dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit.”
Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per satu foto telanjang itu dengan posisi badan agak membungkuk sehingga terlihat jelas bulatan kenyal payudaranya, sudah sejak lama aku menikmati pemandangan ini dan aku sangat terobsesi untuk tidur dengan Im-im. Aku tersentak kaget saat Imah bertanya soal foto dimana seorang cowok sedang menjilati vagina cewek.
“Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak gitu terus lagian mau-maunya cowok itu jilatin punya ceweknya padahalkan tempat pipis?”.
Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir bagaimana aku memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
“Gini Im, vaginanya cewek kalau dijilatin oleh cowok malah enak, memang awalnya geli tapi lama-lama ketagihan ceweknya. Kamu belum pernah coba kan?” tanyaku pada Im-im sambil tanganku membuka foto-foto yang lebih hot lagi.
“Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti hamil”. (memang Im-im sangat terbuka tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).
“Kalau cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gimana kalau kamu coba, nanti kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab dan nggak perlu bingung soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti aku ajari gaya-gaya yang ada difoto ini. Gimana?”
Dan Im-im cuma diam sambil lihatin wajahku, sebenarnya aku tahu dia naksir aku sudah lama tapi karena posisi dia hanya babysiters yang membuatnya nggak PD.
“Benar ya.., janji lho?” pintanya dengan sedikit ragu.
Dan dengan wajah penuh semangat aku bersumpah untuk menepati janjiku, meskipun aku enggak ada niat untuk menepati janjiku. Aku putuskan sambungan internet dan mulai “melatih” Im-im dengan diawali teknik berciuman yang sudah pernah dia rasakan dengan pacarnya, sentuhan halus bibirnya yang lembut membuatku membalas dengan ganas hingga tanpa terasa tanganku telah meremas payudara Imah yang memang masih kencang. Desahan halus mulai muncul saat bibirku menelusuri lehernya yang agak berbulu seolah Im-im menikmati semua pelatihan yang aku berikan. Aku merasa cumbuan ini kurang nyaman, aku dan Imah pindah ke dalam kamar Im-im, perlahan aku rebahkan tubuhnya dan bibirku bergantian menjelajah bibir dan lehernya sedangkan tanganku berusaha membuka kaos dan BH-nya dan kini separoh tubuh Imah telah bugil membuat libidoku tidak karuan.
Tanpa ada keluhan apapun Imah terus mendesah nikmat dan tangannya membimbing tangan kiriku meremas teteknya yang bulat sedangkan payudara kanannya aku lumat dengan bibirku hingga terdengar jeritan kecil Im-im. Entah berapa lama aku mencumbu bagian atas tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk bercinta sudah sangat besar tetapi aku tahu ini bukan saat yang tepat. Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama hingga Imah sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk membuat Imah tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi sehingga kini Imah mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak.
Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup kumpulan bulu hitam, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia milik Im-im. Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan halus agar Im-im tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Imah kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan babysiters keponakanku.
Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Imah kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurnya. Dengan diiringi lenguhan panjang Imah mencapai klimaks, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.
“Imah merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya” katanya dengan perlahan.
“Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa,” sambil memelukku erat.
Sambil kukecup keningnya, aku jawab kekhawatiranya.
“Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Imah nggak perlu takut atau khawatir soal ini, kan aku mau tanggungjawab kalau kamu hamil,” sambil kubalas pelukannya.
Sekilas aku lupa libidoku dan berganti dengan perasaan ingin melindungi seorang cewek, kemudian tanpa disengaja tangan Im-im menyentuh penisku sehingga membuat penisku kembali menegang. Wajah Imah tersipu malu saat aku lihat wajahnya yang memerah, kucium bibirnya dan tanpa menunggu komandoku Im-im membalasnya dengan lebih panas lagi dan kini Imah terlihat lebih PD dalam mengimbangi cumbuanku. Teteknya aku remas dengan keras sehingga Im-im mengerang kecil. Kini bajuku dibuka oleh sepasang tangan yang sedari tadi hanya mampu meremas keras kasur yang kini sudah acak-acakan spreinya dan aku imbangi dengan melepas celana pendekku dan segera terlihat penis yang sudah tegang karena aku terbiasa tidak memakai CD saat dirumah. Melihat pemandangan itu, Imah malu dan menjadi sangat kikuk saat tangannya aku bimbing memegang penisku dan setelah terbiasa dengan pemandangan ini aku membuat gaya 69 dengan Imah berada diatas yang membuatnya lebih leluasa menelusuri penisku.
Setelah beberapa lama aku bujuk untuk mengulumnya, akhirnya Im-im mau melakukan dan menjadi sangat menikmati, sedangkan aku terus menghujani vaginanya dengan jilatan lidahku yang memburunya dengan ganas. Karena tidak kuat menahan rasa nikmat yang menyerang seluruh tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan kulumannya dan lebih memilih menikmati jilatan lidahku di vaginanya dan aku tahu Imah menginginkan kenikmatan yang lebih lagi sehingga tubuh bugilnya aku rebahkan sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari aku teruskan bibirku menjelajahi bibirnya yang memerah.
Perlahan tanganku menuntun tangan kanan Im-im untuk memegang penisku hingga berada tepat di depan mulut vaginanya, aku gosok-gosok penisku di lipatan vaginanya dan mengakibatkan sensasi yang menyenangkan, erat sekali tangannya memelukku sambil telus mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi suaranya yang mulai parau. Vaginanya semakin basah dan perlahan penisku yang tidak terlalu besar mendesak masuk ke dalam vaginanya dan usahaku tidak begitu berhasil karena hanya bisa memasukkan kepala penisku. Perlahan aku mencoba lagi dan dengan inisiatif Im-im yang mengangkat kedua kakinya hingga selakangannya lebih terbuka lebar yang membuatku lebih leluasa menerobos masuk vaginanya dan ternyata usahaku tidak sia-sia. Dengan sedikit menjerit Imah mengeluh,
“Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong” dengan terbata-bata dan lemah kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Saat seluruh penisku telah masuk semua, aku diam sejenak untuk merasakan hangatnya lubang vaginanya. Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan Imah keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang baru pertama kali dimasuki penis hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang.
Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya yang memerah hingga Im-im dan kedua tanganku meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Im-im yang lama ada di anganku. Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Imah dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku pulih aku berusaha memakaikan baju padanya karena Im-im tidak mampu berdiri lagi.
Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Im-im tidak tahu kalau perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari. Kami berdua melakukan hal itu berulangkali dan Imah semakin pintar memuaskanku dan selama ini dia tidak hamil yang membuatnya sangat PD. Tanpa disadari 2 tahun aku menikmati tubuhnya gratis meskipun kini Imah tidak menjadi babysiters keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan ke daerah lain. Sekarang Im-im menjadi penjaga rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku saat pacar-pacarku tidak mau aku ajak bercinta.
Saat lebaran seperti biasa Imah pulang kampung selama 2 minggu dan yang membuatku kaget dia membawa seorang cewek sebaya dengan Imah dan bernama Dina yang merupakan sepupunya. Memang lebih cantik dan lebih seksi dari Imah yang membuatku berpikir kotor saat melihat tubuh yang dimiliki Dina yang lugu seperti Imah 2 tahun lalu.
Pada malam harinya, setelah kami melepas rasa kangen dengan bercinta hampir 2 jam, Imah tiba-tiba menjadi serius saat dia mengutarakan maksudnya.
“Mas, aku sudah 2 tahun melayani Mas untuk membereskan urusan rumah dan juga memberikan kepuasan diranjang seperti yang aku berikan saat ini,” Imah terdiam sejenak.
“Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau menikahiku?”
Aku terhenyak dan diam saat disodori pertanyaan yang tidak pernah terlintas sedikitpun selama 2 tahun ini. Lama aku terdiam dan tidak tahu mau berkata apa dan akhirnya Imah meneruskan perkataannya.
“Imah tahu kalau Mas nggak ada keinginan untuk menikahiku dan aku nggak menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini aku merasa sangat bahagia dan sebelum itu aku telah mencintai Mas dan menjadi semakin besar saat aku tahu Mas sangat perhatian denganku.”
Imah terdiam lagi dan aku memeluknya erat penuh rasa sayang dan Imah pun membalas pelukanku.
“Tapi.., aku ingin lebih dari ini. Aku ingin bisa menikmati cinta dan kasih sayang seorang suami dan itu yang membuatku menerima pinangan seorang pria yang rumahnya tidak jauh dari desaku.”
Aku terhenyak dan menjadi lebih bingung lagi dan belum bisa menerima kabar yang benar-benar mengagetkanku. Kami berdua hanya bisa diam dan tanpa terasa meleleh air mataku dan aku baru merasa bahwa aku ternyata benar-benar menginginkannya, namun ternyata sudah terlambat. Keesokan harinya aku mengantar Imah ke terminal untuk kembali pulang ke desanya dan menikah dengan seorang duda tanpa anak, menurutnya calon suaminya akan menerimanya meskipun dia sudah tidak perawan. Dengan langkah gontai aku kembali ke mobilku dan melalui hari-hariku tanpa Imah.

Pengalaman Menjadi Wanita


Bonus Video 3Gp
Cerita Ini terjadi ketika saya baru memasuki awal kuliah saya di sebuah Perguruan Tinggi di Bandung. Nama saya adalah Ronny. Sebenarnya saya berasal dari Jakarta, karena anjuran orang tua, saya disarankan untuk kuliah di Bandung saja. Demi keamanan dan kelancaran kuliah saya, di Bandung saya tinggal di sebuah kost yang tak jauh dari kampus. Di tempat kost tersebut ditinggali oleh cewek dan juga cowok tapi kamarnya berbeda blok jalan (dibatasi oleh sebuah gang yang lumayan lebar). 

Waktu saya masuk kuliah di semester satu (saya berumur 18 tahun), saya masih agak canggung karena belum punya kenalan banyak, hingga suatu sore di saat saya selesai kuliah saya berpapasan dengan seorang cewek yang nampaknya lebih tua dari saya, mungkin dia angkatan 97. Dia tampaknya lebih tinggi dari saya, rambutnya sebahu, mukanya cute dan juga putih. Saya memandanginya culup lama, begitu juga dia, tapi kemudian dia beranjak pergi, tanpa berkata apa-apa. 

Kemudian saya pulang ke kostku, dan di sana saya beristirahat sejenak. Sore itu saya agak bosan diam di kamar. Kemudian saya pergi ke warnet di dekat tempat kostku, di sana saya mulai mengecek email apa saja yang saya terima seminggu terakhir ini dan saya mulai masuk ke search engine dan mengetikkan kata shemale, bagi yang tidak tahu apa arti shemale itu, shamele sebanarnya berasal dari she + male (atau dalam bahasa Indonesianya lebih diartikan sebagai WaRia). Saya sendiri tidak tahu mengapa, tapi saya selalu tertarik mengenai topik-topik transexualmaleto female (cowok yang berubah menjadi cewek), waktu di Jakarta dahulu saya sempat membeli sebuah majalah XX mengenai transexual, yang berisi gambar-gambar para "cewek" telanjang, "cewek" di sini bukan asli cewek, melainkan cowok yang sudah dirubah menjadi cewek (bisanya menggunakan hormon), atau ada pula yang disebut dickgirl (gadis yang memiliki penis), dan gambar-gambar tersebut biasanya menemaniku setiap hari di dalam WC untuk berfantasi & onani. Tubuh ku sendiri pun tidak seperti kebanyakan cowok, otot tangan dan kakiku kecil, dan juga penisku pun kecil (kalau ereksi hanya 7 cm) dan kalau tidak hanya 2,5 cm, dan bentuk tubuhku pun kecil seperti cewek, sehingga saya merasa tertarik dengan topik mengenai transgender/transexual

Saat itu ketika saya sedang asyik melihat para "cewek" tesebut di layar PC, tiba-tiba saya terkejut setengah mati, ada seorang cewek yang menyandarkan dagunya di bahu kiri ku, tak sempat saya berkata-kata, dia menoleh dan berkata, "Hi, kamu senang yang kayak gituan yach?", wajahku langsung pucat begitu ditanya, tak kusangka ada orang lain yang mengetahui hobiku yang "aneh" ini, ketika kulihat wajahnya, ternyata cewek yang tadi sore berpapasan denganku. Kemudian dia tersenyum dan berkata, "Lho, ditanya kok diam, kaget yach", sambungnya lagi. 
"Oh iya nama saya Lucy, kamu siapa?". 
Dengan agak gugup saya menjawab, "Eh, iya nama saya Ronny". 
Kemudian dia berkata", Mau nggak kamu nungguin aku sampe aku selesai di warnet ini?, terus nanti pulangnya bareng sama aku?". 
Secara spontan saya menjawab, "Oke, Lucy". 
Kemudian dia membalas berkata, "Kamu puas-puasin aja dech liat para "cewek" itu!". 

Kepalaku sudah tak bisa berpikir lagi, "Apa yang terjadi, belum pernah saya ketemu cewek seperti ini..". Sambil deg-degan saya teruskan browsing gambar-gambar "cewek", tak terasa hingga satu jam berlalu, Lucy yang duduk di sebelahku, memegang tanganku dan berkata, "ayo, kita pulang sekarang..", aku pun berdiri mengikuti Lucy ke kasir, dan membayarnya. 

Keluar dari warnet itu ia langsung berkata, "Kita main di kamar kostku, mau nggak?". 
Tanpa pikir panjang lagi saya jawab, "Oke, dech". 
Lalu saya mengikutinya, yang ternyata tempat kostnya di seberang blok dari tempat kostku. Kemudian saya masuk ke kamarnya, dia pun masuk dan mengunci pintu. Dia langsung membuka kaus ketatnya, dan menyodorkan buah dadanya yang lumayan besar ke depan mukaku, dibalik BH-nya yang berwarna putih, terlihat sangat indah. 
Lantas dia berkata, "Kamu mau pake juga, yach?". 
Mendengar itu saya terkejut, "Dari mana dia bisa tahu kalau saya adalah seorang crossdresser", pikirku. Belum sempat saya menjawab, ia sudah melepas BH-nya, dan memakaikannya di dadaku, saat itu penisku sudah ereksi dan ujungnya sudah mulai basah. 

Kemudian dia memberi isyarat agar saya berbaring di kasurnya, saya menurut saja. Kemudian dengan perlahan dia mulai membuka celanaku dan melepasnya, kemudian CD-ku pun mulai dilepaskanya, kini saya telanjang dan memakai sebuah bra. Tak kusangka, dari balik tangannya dia mengeluarkan stocking berwarna hitam dan mulai memakaikannya di kakiku, "Ah, sungguh nikmat rasanya, pada saat stocking itu terpasang di kakiku", ternyata impianku selama ini menjadi kenyatan, bertemu seorang cewek yang mengerti hobiku. 

Kemudian dia mulai memegang penisku yang sudah ereksi sejak tadi, sambil meremas dan mengoyangkannya dia berkata, "Punyamu lucu juga yach, kecil imut", sambil terus mengocoknya. Saya sudah tidak tahan, "Apa yang harus kulakukan", pikirku sambil meikmati saat indah itu. Tiba-tiba ada sebuah benda yang menusuk lubang anal-ku. Oh, ternyata sebuah dildo, mulanya terasa sakit, tapi kemudian begitu ia menariknya dan mendorongya ke dalam, mulai terasa nikmat. 

Kemudian saat Lucy sudah mengocok penisku kurang lebih 10 menit terasa ada aliran dari dalam yang mau memancar keluar, "Crott", air maniku langsung mencuat keluar membasahi perut dan juga buah dadanya, nafasku sudah terengah-engah. "Ah, tak pernah kusangka, aku dipermainkan oleh seorang cewek di ranjang". 
Tapi tiba-tiba dia berkata, "Ron, sekarang giliran kamu!", aku terkejut mendengarnya. 
"Ayo.., aku kan belum nyobain punya kamu", tanpa pikir panjang aku langsung memasukan penisku yang hanya 7 cm itu ke dalam lubang vaginanya dan kupercepat gerakkanku. 
Sambil terengah-engah Lucy pun berkata, "Lumayan, sebagai cowok loe juga asik". Sedangakan dildo itu masih berada di dalam lubang anusku dan masih bergetar. Aku pun sama-sama terengah-engah. Sampai kami berdua lelah dan mengakhiri aksi tersebut dan langsung tertidur lelap. 

Esok harinya ketika aku bangun, kulihat Lucy sudah berdiri di depan kaca riasnya dan begitu menyadari aku bangun ia langsung berkata, "Hallo Ron, gimana kamu, udah kuat lagi?". 
Aku pun beranjak dari tempat tidurnya, seraya mencari pakaianku, tapi tak kudapati. Lucy pun berkata, "Eh, pakaian loe udah gue masukin ke tempat cuci di kost ini". 
Mendengar itu aku terkejut dan berkata, "Lho, Luc masak gue harus keluar dari sini telanjang?". 
Lalu di berkata, "Tenang aja pakaianku masih ada banyak kok..!", sambil melirik ke arah lemari pakaiannya. Di situ aku baru sadar bahwa aku mau tidak mau harus menuruti kemauannya Lucy. Aku teringat dengan topik "forced feminization" yang aku sering baca di internet, tapi itu juga termasuk ke dalam fantasiku, diperlakukan sebagai cewek. Aku pikir ini kesempatanku mewujudkan fantasiku, tapi tiba-tiba aku baru sadar, aku masih harus kuliah, dan bagaimana bila aku menjadi "cewek", apakah teman-temanku masih mengenaliku? Tapi aku terpaksa, lalu aku mandi dan begitu selasai, Lucy sudah siap untuk merubahku. Langsung saja dalam waktu 20 menit aku sudah menjadi "cewek". 

Pagi itu aku memakai jeans warna putih yang lumayan ketat dan sebuah kaus ketat warna pink serta sebuah wig oval. Kemudian dengan beberapa polesan tipis, dia make-up mukaku dan alhasil aku bukan Ronny lagi. Lalu aku mulai memakai sepatu sandal milik Lucy yang berhak setinggi 6 cm (impian terpendam, dari dulu saya ingin sekali memakainya). Setelah selasai aku berdiri, ternyata "keanehanku" terjadi lagi yaitu setiap kali aku menjadi feminim, penisku tidak mau tinggal diam, ia selalu saja ereksi sehingga di balik jeans tersebut menyembul "sesuatu". Melihat itu Lucy mengerti. 
"Oh kamu nggak bisa sabar yach", katanya sembari memberiku sewadah pil. 
Aku terkejut dan berkata, "Apa ini?". 
"Ah pokonya minum aja, dan tahu beres dech, pokoknya loe minum tiap hari, oke!", katanya sembari membereskan tasnya. 
Aku menurut saja dan hari itu aku kuliah bersama dengan dia sebagai Venny. Di kelas aku selalu berada di dekatnya sehingga bila ada yang bertanya padaku, Lucy langsung berkata bahwa aku adalah sepupunya. 

Tak terasa kini sudah satu setengah tahun aku menjalin hubungan "aneh" dengan Lucy dan kadang-kadang aku kencan dengan dia sebagai Lucy dengan Venny. Kini aku tahu bahwa pil yang kuminum ternyata pil estrogen yang membuatku menjadi tidak cepat ereksi dan lebih feminim. Kini aku bahagia dengan Lucy sebagai seorangmale yang sexless, tapi aku bersyukur bisa bertemu dengan Lucy. 

Benih Cinta Sejenis


Ini adalah pengalaman pribadiku yang benar-benar terjadi. Semua nama orang dan tempat di sini benar-benar ada. Aku mohon maaf kepada anda yang namanya terdapat dalam kisah ini. Aku terpaksa membeberkan identitas anda sebenarnya di sini sebab menurutku, jika kisah ini menggunakan nama samaran rasa-rasanya ada yang kurang.

Kisah ini diawali dengan pendaftaran diriku di Adult Friend Finder yang ada di internet. Aku mengetahui Adult Friend Finder dari temanku yang terlebih dulu menjadi anggotanya. Alamat homepage Adult Friend Finder ada di http://adult.friendfinder.com Jika ada pembaca yang ingin mencobanya, silakan. Aku mendaftarkan diriku dengan gratis kok.

Setelah terdaftar di Adult Friend Finder dan mengirimkan profilku ke mereka, aku memperoleh banyak respon dari orang-orang yang menanggapi profil diriku tersebut. Dari sekian banyak respond melalui e-mail tersebut, hampir semua berisikan surat-surat gombal dari cowok-cowok. Ternyata hanya ada segelintir cewek yang mengirimkan e-mail respond kepadaku. Satu di antaranya yang membuatku tertarik adalah seorang cewek dari Indonesia juga. Dia tinggal di Bali. Namanya Sinta. Usianya 30 tahun. Meskipun ia jauh lebih tua daripada aku, tapi aku salut pada keberaniannya menghubungiku lewat e-mail.

Kemudian aku membalas e-mail-nya ke alamat e-mail yang diberikannya kepadaku,http://3gpgadisdesa.blogspot.com Siapa tahu saja Mbak Sinta benar-benar serius dalam menghubungiku. Eh, nyatanya, memang nasib sedang mujur, beberapa hari kemudian datang e-mail balasan dari Mbak Sinta ke mailbox-ku. Ia mengajakku ke tempatnya di Denpasar. Wah, kupikir, kan Denpasar jauh dari Jakarta, kota tempat tinggalku. Lagipula, duit dari mana untuk membiaya kepergianku ke Denpasar? Apalagi dalam masa krisis moneter seperti sekarang ini? Ah, tapi sebaiknya kuhubungi Mbak Sinta aja. Siapa tahu ia punya pemecahan atas ajakannya itu. Kebetulan dalam e-mail-nya yang baru ini, Mbak Sinta mencantumnya nomor teleponnya. Akhirnya kuputuskan untuk menghubungi nomor telepon tersebut, 0361-2xx. Wow, ternyata nyambung!

"Halo, selamat pagi." Terdengar suara lembut seorang wanita di seberang sana.
"Selamat pagi. Bisa saya bicara dengan Mbak Sinta?"
"Ya, saya sendiri. Dengan siapa ini saya bicara?"
"Eh, Mbak Sinta. Ini Susi dari Jakarta!"
"Susi? A**** (edited) Susi H**** (edited)?" Mbak Sinta menyebutkan nama lengkapku.
"Bener, Mbak."
"Kenapa, Sus? Kok tumben kamu telepon saya."
"Begini, Mbak. Mengenai ajakan Mbak ke Bali, sebenarnya saya mau aja. Tapi masalahnya saya nggak punya biaya. Maklum lah, Mbak, lagi jamannya krismon begini."
"Mmm.. Begini deh, Sus. Kamu datang aja ke tempat saya. Untuk biaya pesawatnya kamu pinjam aja dulu dari siapa. Nanti akan saya ganti deh, Sus."

Dalam hati, aku girang bercampur heran mendengar jawaban dari Mbak Sinta ini. Kok jaman sekarang ada orang yang sebaik Mbak Sinta. Aku jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa maksud Mbak Sinta mengajakku menjumpainya di Bali. Akhirnya kukatakan kepada Mbak Sinta bahwa aku butuh waktu beberapa hari untuk memikirkan hal ini terlebih dahulu. Namun kenyataannya, tidak sampai memakan waktu berhari-hari. Sore harinya, aku memutuskan untuk memenuhi ajakan Mbak Sinta. Setelah menelepon Mbak Sinta sekali lagi, lalu memesan tiket pesawat ke Denpasar, aku pun berkemas-kemas. Dan, siaplah aku ke Bali keesokan paginya.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih sedikit, akhirnya pesawat Garuda yang kutumpangi mendarat dengan mulus di bandara Ngurah Rai, Denpasar. Setelah aku turun dari pesawat dan tiba di terminal kedatangan, aku mencari-cari Mbak Sinta yang katanya akan menjemputku setibanya di bandara. Akhirnya aku melihat seorang wanita cantik yang berusia sekitar 30-an seperti Mbak Sinta. Yah, mungkin saja dia benar-benar Mbak Sinta.

"Maaf, Mbak Sinta?" Aku bertanya kepada wanita itu. Ia tersenyum.
"Susi ya." Ternyata ia benar Mbak Sinta. Ia menjabat tanganku.
"Bagaimana, Sus, perjalanannya?"
"Yah, nggak kerasa, Mbak. Habis baru juga take off dari Cengkareng, belum sempet nafas, sudah harus mendarat di sini." Mbak Sinta tertawa mendengar candaku.
"Yuk deh, Sus, kita makan dulu."
"Oke deh, Mbak. Saya juga sudah lapar nih."

Lalu kami berdua pergi dengan mobil Mbak Sinta ke kota Denpasar yang letaknya tak jauh dari bandara dan kami makan siang di sebuah restoran terkenal di sana. Aku heran. Tampaknya hampir semua orang yang ada di restoran tersebut mengenal Mbak Sinta. Mereka tersenyum dan menyapa Mbak Sinta. Tetapi wajah mereka menunjukkan keheranan melihat aku yang sedang bersamanya. Namun aku segera diperkenalkan oleh Mbak Sinta kepada mereka. Ternyata orang Bali ramah-ramah juga ya.

Setelah kenyang makan, kami berputar-putar sejenak mengelilingi kota Denpasar yang padat dengan kendaraan itu. Akhirnya, jam tiga siang, kami pergi ke tempat kediaman Mbak Sinta, tempat aku akan menginap selama di Bali. Dan kami pun tiba di rumah Mbak Sinta. Tempatnya tidak begitu besar, tapi resik dan tertata rapi.

"Sus, sekarang kamu istirahat dulu aja. Sementara di kamar Mbak. Nanti akan Mbak siapkan kamar untuk kamu. Mbak mau pergi dulu ya, ada pekerjaan. Jangan pergi ke mana-mana lho. Nanti kamu nyasar." Aku mengangguk. Setelah melepas kepergian Mbak Sinta dengan mobilnya, aku membereskan barang-barang bawaanku dan membawanya ke kamar Mbak Sinta.

"Ah, nyamannya berbaring di spring bed berukuran double yang empuk ini, apalagi di kamar yang sejuk berpendingin udara", batinku saat kurebahkan tubuhku yang penat di atas ranjang milik Mbak Sinta. Hhmm.. Alangkah harumnya bantalnya. Beberapa menit kemudian, saking lelah dan mengantuk, aku pun jatuh terlelap tanpa sempat mengganti pakaian dahulu.

Wah, mungkin karena begitu lelah setelah berjalan-jalan hampir seharian, tak terasa hampir empat jam aku tertidur pulas tanpa gangguan. Jam dinding berdentang tujuh kali saat aku bangkit dari tempat tidur. Langit sudah gelap, tapi suasana rumah itu masih sepi. Ah, Mbak Sinta pasti belum pulang sejak tadi siang. Ih, rasanya badan gatal nih belum mandi. Kulepaskan pakaian luarku, sehingga aku hanya mengenakan BH dan celana dalam. Aku membungkuk dan mencari-cari handuk, pakaian ganti, dan peralatan mandi lainnya dari koperku. Ah, mana ya, sabun cair Biore yang kubawa. Ini dia! Saat kuambil botol sabun cair itu, tiba-tiba ia mencelat dari tanganku dan jatuh ke lantai masuk ke bawah meja rias Mbak Sinta. Sial, umpatku. Lalu kujulurkan tanganku ke bawah meja rias untuk mengambil botol sabun cair itu. Tapi tanganku tertumbuk sebuah benda seperti sebuah buku. Kuambil benda tersebut dan tentu saja botol sabun cairku juga dari kolong meja. Oh, ternyata album foto milik Mbak Sinta. Kenapa ya, album foto bisa ada di kolong meja rias? Apa mungkin jatuh dan Mbak Sinta tidak mengetahuinya?

Kutunda niatku untuk ke kamar mandi. Kubuka satu persatu halaman album foto yang kelihatannya masih cukup baru itu. Ya ampun! Aku terkejut. Kututup mulutku dengan tanganku sewaktu aku melihat isi album foto tersebut. Ada foto di mana Mbak Sinta telanjang bulat dan puting susunya sedang dikulum oleh seorang pria yang tidak terlihat wajahnya. Kemudian di foto yang lain, Mbak Sinta tampak sedang bersetubuh dengan seorang pria bule setengah baya. Dan ada lagi beberapa foto lain yang gambarnya "seram-seram". Misalnya ada Mbak Sinta yang sedang dalam posisi 69 dengan seorang gadis bermata sipit. Keduanya dalam keadaan bugil. Lalu ada lagi foto yang menampakkan Mbak Sinta yang masih mengenakan pakaian dalam memasukkan kelima jarinya ke dalam liang senggama seorang wanita Indonesia yang kira-kira sebaya dengannya. Dan kuperhatikan, kesemua foto itu diambil di tempat tidur yang sempat kutiduri tadi.

Astaga! Apakah Mbak Sinta seorang..? Aku tidak mau melanjutkan prasangkaku itu. Takut-takut nanti aku salah duga. Tapi foto-foto ini kan jadi buktinya. Seketika itu juga, tubuhku serasa gatal sekali. Barangkali ini hanya perasaanku saja setelah melihat foto-foto ini. Aku bergegas ke kamar mandi. Setelah menanggalkan seluruh pakaianku. Kunyalakan shower, lalu aku mandi di bawahnya sambil bernyanyi-nyanyi. Ah, sejuknya mandi dengan air dingin saat tubuh lelah seperti saat ini! Karena derasnya shower kunyalakan dan begitu kerasnya suara nyanyianku, sehingga aku tidak mendengar suara mobil yang masuk ke pekarangan rumah Mbak Sinta dan suara Mbak Sinta yang memanggil-manggilku, yang akhirnya masuk ke dalam rumah menggunakan kunci cadangan yang selalu dibawanya ke mana-mana.

Uh, segarnya tubuhku setelah mandi dengan puas diguyur shower selama 15 menit. Kukenakan kaus oblong tanpa lengan dan celana pendek warna-warni dari bahan katun. Aku kembali ke kamar tidur Mbak Sinta.

"Heh, Mbak Sinta, sudah pulang. Kok saya nggak dengar sih?"
"Kamu sih mandi apa nyelam, Sus?" Aku tertawa.
"Sus, kamu pasti sudah melihat ini?" sambung Mbak Sinta sambil menunjukkan album foto yang tadi kulihat-lihat. Ya ampun! Aku lupa menaruhnya kembali di tempatnya semula, di kolong meja rias.
"I.. iya Mbak", kataku takut-takut, kuatir kalau Mbak Sinta marah. Tapi Mbak Sinta malah tersenyum.
"Kamu pasti sudah tahu sebenarnya saya ini apa dan siapa? Ya, benar, Sus. Saya memang seorang wanita panggilan. Tapi jangan salah, saya bermain cinta tidak pernah untuk uang, melainkan hanya untuk kesenangan dan kepuasan seksual belaka. Jadi jangan samakan saya dengan pelacur yang menerima bayaran atas servisnya. Saya sama sekali tidak pernah dibayar oleh teman-teman tidur saya." Aku mengangguk-angguk mendengarkan penuturan Mbak Sinta. Hatiku sedikit miris mengetahui bahwa teman baruku ini seorang wanita panggilan.

"Dan saya adalah seorang biseks, Sus. Saya bisa bermain dengan pria maupun wanita, tapi saya lebih suka dengan wanita, sebab lebih aman, dan biasanya sesama wanita tidak terlampau saling menuntut." Aku seperti tersedak karena pengakuan Mbak Sinta ini. Batinku, apakah aku sekarang akan dijadikan salah satu kekasih lesbian Mbak Sinta? Wah, celaka tigabelas. Jangankan lesbian, berhubungan seks normal dengan laki-laki saja aku belum pernah. Aku masih perawan.

"Memang, saya tertarik pada kamu setelah membaca profil kamu di Friend Finder dan membaca seluruh isi e-mail dari kamu, Sus. Saya belum pernah berhubungan dengan orang yang jauh lebih muda seperti kamu. Jadi sekarang terserah kamu, Sus. Kalo kamu nggak mau ya nggak apa-apa. Saya nggak akan memaksa kamu. Kita jadi teman biasa aja, oke. Tapi perlu kamu tahu, Sus, saya telanjur suka sama kamu."

Kupikir-pikir, tidak ada salahnya aku mencoba-coba berhubungan dengan Mbak Sinta. Lagipula karena sama-sama wanita, pasti lebih aman. Di samping itu kita berdua sama-sama saling menyukai. Tapi bedanya, aku menyukai Mbak Sinta ibarat seorang adik terhadap kakaknya. Sebaliknya Mbak Sinta menyukaiku sebagai kekasihnya. Akhirnya dengan pelan, kuanggukkan kepalaku. Mbak Sinta pun tersenyum. Ia mengulurkan tangan kanannya mengajakku mendekat menghampirinya.

Aku dan Mbak Sinta duduk saling berhadapan di atas ranjang. Wajah kita amat berdekatan. Dengan segera, Mbak Sinta memagut bibirku yang merekah di depannya. Lidahnya mempermainkan lidahku. Aku pun membalas mengulum lidahnya dengan hangat. Terasa sebuah perasaan aneh mengalir di sekujur tubuhku saat lidah kita saling bersentuhan. Apakah ini yang dinamakan nafsu birahi? Sementara mulutnya masih terus melumat bibirku yang ranum, tangan Mbak Sinta mulai meluncur ke bawah ke arah dadaku. Ia menyingkapkan kaus oblongku ke atas, sehingga tampaklah dua bukit indah mempersona di dadaku yang berukuran rata-rata tetapi padat dan berisi tanpa tertutupi selembar benangpun. Memang aku terbiasa di rumah setelah mandi sore tidak pernah memakai BH untuk menyangga payudaraku.

Mbak Sinta menyuruhku berbaring tertelentang di atas ranjang. Jari-jarinya yang lentik menyusuri lekukan celah di antara kedua bukit kembar di dadaku. Kemudian naik ke atas ke puncak salah satu bukit tersebut dan berhenti di tonjolan kecil dikelilingi lingkaran coklat tua yang semakin tinggi mengeras. Dengan ahlinya, Mbak Sinta memilin-milin puting susuku yang semakin lama memang semakin menegang itu. Sementara tangan satunya turun lagi ke arah bawah perutku. Dengan dua kali tarikan, dipelorotkannya celana pendekku yang menggunakan tali kolor dan celana dalamku.

Kini, terpampanglah kemaluanku yang ditumbuhi oleh rambut-rambut tipis berwarna kehitaman yang masih segar. Melihat daerah vitalku ini, Mbak Sinta semakin bergairah. Mulutnya yang kini tengah menjilati kedua puting susuku secara bergantian, semakin bertubi-tubi melumat pentil kenikmatanku itu. Puting susuku yang tinggi menjulang itu habis dikulum oleh mulut Mbak Sinta. Gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal sembari mendesah-desah kecil.

"Uuh.. Mbak.. Mbak Sin.. Aahh.." Rasa kenikmatan menjalar sampai ke ubun-ubunku. Apalagi setelah lumatan mulut Mbak Sinta berubah menjadi gigitan-gigitan kecil dan gemas pada puting susuku. Lalu ia kembali menjilati dan sekali-kali mengisap dan menyedot puting susuku dengan bunyi yang merangsang. Karena rangsangan yang sedemikian hebatnya ini membuat puting susuku memerah keras dan kurasakan ada cairan bening mengalir keluar dari lorong kewanitaanku.

"Ouuhh.." Aku menjerit cukup panjang tatkala jari telunjuk tangan kanan Mbak Sinta mempermainkan klitorisku yang terletak di bagian atas gerbang kewanitaanku. Diusap-usapnya dengan penuh perasaan daging kecil kemerahan tersebut. Semakin membuatku menaik-turunkan pantatku dengan irama yang tak menentu. Dan kewanitaanku menjadi semakin basah dan licin.

Lidah Mbak Sinta sekarang pun berpindah menyusuri setiap bagian mulut liang kewanitaanku. Tak ada yang terlewatkan olehnya. Dijilatinya pula daging kecil pembawa nikmat milikku. Kemudian lidahnya dijulurkan masuk ke dalam lubang kenikmatanku hingga sampai sepertiga lidahnya tertelan oleh liang kewanitaanku yang berdenyut-denyut, mengerut dan mengembang. Dijilatinya dinding liang kewanitaanku itu yang semakin lama semakin dibanjiri cairan kenikmatan. Sekonyong-konyong, Mbak Sinta menghentikan kegiatannya. Tangannya menggapai-gapai membuka laci meja riasnya. Diambilkan sebuah benda lonjong dan agak panjang berwarna hitam dari dalam laci.

"Kamu tahu benda apa ini, Sus?" Aku menggeleng. Mbak Santi menekan tombol kecil berwarna merah di pangkal benda tersebut. Benda itupun dengan mengeluarkan bunyi pelan "Nguungg.." bergetar dan ujungnya meliuk-liuk seperti tubuh ular.

"Aaahh.. Mbak Sintaa.. Jangaann..!" Teriakanku terlambat. Benda hitam tersebut sudah disodokkan oleh Mbak Sinta ke dalam liang kewanitaanku dengan susah payah, mengingat liang kewanitaanku yang masih sempit dan belum pernah terjamah. Makin lama makin dalam masuknya, sampai benda itu hampir masuk semuanya di dalam lorong senggamaku yang terus berdenyut-denyut.

Mula-mula aku merasakan sakit yang luar biasa di selangkanganku. Akan tetapi lama kelamaan, getaran dan liukan-liukan yang ditimbulkan oleh benda lonjong tersebut mengakibatkan sensasi kenikmatan yang tak tertandingi oleh hal manapun di dunia ini. Secara tak sadar, secara refleks, aku memutar-mutarkan pantatku mengimbangi liukan benda yang sedang melakukan penetrasi dalam kewanitaanku itu. Dan Mbak Sinta pun mulai mendorong dan menarik benda hitam tersebut di dalam liang kewanitaanku. Tambah lama tambah cepat. Dan putaran pantatku juga semakin cepat pula. Akhirnya dengan mendelik-delik aku mengejan.

"Aaahh.." Dengan lengkingan panjang, kumuntahkan seluruh cairan bening berwarna putih yang sejak tadi antre untuk keluar dari liang kewanitaanku. Dibarengi dengan darah yang juga mengalir dari sumber yang sama, menandakan selaput daraku robek. Dan dengan terengah-engah aku membisikkan sesuatu di telinga Mbak Sinta. "Mbak, sa.. saya.. lelah sekali.." Aku pun jatuh tertidur. Mbak Sinta tersenyum melihat keadaanku. Ah, kamu curang, Sus, batinnya, kamu sudah keluar, aku membuka baju pun belum.

Perlahan-lahan tanpa menimbulkan bunyi, Mbak Sinta bangkit berdiri dan menanggalkan rok dan celana dalamnya. Lalu sambil berdiri, ia memasukkan benda hitam panjang yang dipegangnya ke dalam liang kewanitaannya sendiri dengan mudahnya, sebab liang kewanitaannya memang sudah cukup lebar, akibat seringnya dipenetrasi oleh teman-teman bermain cintanya. Dengan sekali sodokan, benda hitam itu sudah hampir masuk semuanya ke dalam kewanitaan Mbak Sinta, menyisakan hanya dua sentimenter saja untuk tempat tangan memegang.

Dengan ketrampilan yang tinggi, Mbak Sinta mempermainkan benda nikmat tersebut di dalam liang sorganya sendiri. Diputar-putarnya serta digesek-gesekkan benda itu dengan kecepatan yang mengagumkan. Makin lama makin cepat namun tetap berirama, diiringi oleh gerakan tubuh Mbak Sinta yang seperti terhentak-hentak lalu terhuyung-huyung.

"Ouuhh.. Ahh.. Uuuhh..!" Mbak Sinta menjerit-jerit keras, tetapi tidak cukup keras untuk membuatku terjaga. Sementara tangannya tetap membabi-buta di lorong senggamanya. Dan bertambah cepat saja disertai dengan tubuh Mbak Sinta yang makin terhuyung-huyung. Akhirnya, Mbak Sinta terjerembab lunglai di lantai dengan wajah penuh kepuasan. Tangannya masih memegang benda lonjong hitam yang basah kuyup oleh cairan bening kenikmatan yang mengalir dari liang kewanitaannya. Dan Mbak Sinta pun menyusulku terlelap, di lantai.

Tiga malam aku menginap di rumah Mbak Sinta. Dan pada setiap malam itu pula aku dan Mbak Sinta mengulangi permainan cinta kita. Dan aku pun menjadi mahir melakukannya, sehingga aku dapat memberikan pelayanan dan mengimbangi permainan Mbak Sinta. Dengan demikian kedua belah pihak sama-sama terpuaskan.

Hari ini, satu bulan sudah sejak aku kembali ke Jakarta, dan satu bulan sudah aku meninggalkan Mbak Sinta, meskipun kita masih sering berhubungan lewat e-mail maupun pesawat telepon. Aku pun merindukannya. Dan sepertinya aku kini tidak begitu tertarik lagi pada laki-laki. Apakah ini yang dinamakan telah tumbuh benih-benih cinta dengan kaum sejenis? Apakah aku telah berubah menjadi seorang lesbian? Help me, please! 

 
Bonus Video : Download
TAMAT